Serendipity

September 2008

“Aku menyayangimu Dik, Kau mau menjadi pacarku?”
Tawaran itu mampu melumpuhkan seluruh syaraf yang ada pada tubuhku. Rasaku tak mampu keluarkan kataku. Aku menutup telfon darimu, memandangi ponselku. Masih teramat asing, tapi aku merasakannya.

Paling tidak Aku telah jujur dengan perasaanku, kamu butuh waktu berapa lamapun aku akan menunggu.

Sebaris sms yang kau kirim setelah aku mematikan telfonmu. Aku masih tak bisa berpikir, layaknya amnesia tak mampu mengingat apapun. Ponselku masih tergenggam ditanganku dan anganku membawa ke-amnesia-anku ke alam bawah sadarku.

Desember 2008

Aku tak bisa mengenyahkanmu dari memori otak kecilku. Meski kau tak pernah muncul semenjak itu, namun aku masih tak bisa memberi jawaban, penolakan ataukah penerimaan? Karna aku sendiri tak mampu mendeskripsikan hatiku, jiwaku dan rasaku.

Diktat kuliah yang menumpuk, tanggungjawab organisasi yang segebokpun tak mampu menggoyahkan keberadaanmu diotakku. Ingin rasanya kucongkel isi kepalaku, dan mengambil memori terkecil yang isinya adalah keberadaanmu.

“Please tell me what do you feel Te..!!”

Berkali-kali sahabatku Icdha menawarkan hal yang sama ketika melihatku duduk terpaku, dengan pandangan dan kertas kosong serta bolpoin di tangan yang menempel diatas keningku. Gaya berpikir ala profesor zaman peradaban. Dan aku tak pernah memberinya jawaban berupa kata, hanya ulasan senyum dan gelengan kepala. Seolah-olah tak ada apa-apa dikepalaku.

Januari 2009

Genap 20 tahun usiaku. Banyak kado spesial hingga tak mampu kusebut. Kasih sayangNya, karuniaNya, kenikmatanNya, dan keridloanNya adalah Kado terbesar dan teristimewa versiku yang telah mencapai kepala dua.

Kedewasaanku apakah bisa kuukur dengan usiaku?
Keberadaanku apakah bisa kuukur dengan usiaku?
Kepintaranku apakah bisa kuukur dengan usiaku?
Catatan awal tahun ke-20

Selamat ulang tahun Dik...
Aku merindukanmu utuh dalam jasadku..
Entah apa jawabmu kuharap?

Sms keduamu setelah kau nyatakan perasaanmu padaku. Aku tak berani membalas, hanya kusimpan dalam arsip diponselku tepat dibawah smsmu empat bulan silam. Aku bodoh ataukah aku terlalu tolol menggantung perasaan orang selama itu. Sebodoh dan setololnya aku apa tak lebihnya kamu? Menurutku hanya orang bodoh dan tolol yang mau menunggu jawaban yang tak pasti berapa lamapun itu. Dan lebih bodoh dan tololnya aku masih tak bisa mengetahui hatiku, rasaku dan jiwaku.
Usai menyimpan smsmu, ayahku menelfon.
“Nduk, kuliah sing temenan. Umur wes 20 tahun, Bapak mek iso dungakne mugo barokah sekabehane.. Amin..”
Cukup singkat, namun suara berat ayahku mampu melelehkan airmataku. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Rasanya ingin pulang, tapi itu tak kan mungkin. Patokan ayah, sebelum Usai ujian semester aku tidak boleh pulang. Aku hanya mampu mengambil nafas panjang. Menetralisir rinduku yang menggebu pada Ayah, Ibu, serta adik-adikku. Meski kutahu ujian semester kurang seminggu lagi, dan waktuku pulang kurang 3 minggu lagi. Aku masih merasa sulit meminimalisir perasaanku kepada keluargaku.
Tanpa kesengajaan dan tanpa permintaan, pikiranku tentangmu kalah dengan kerinduanku terhadap keluargaku. Apakah itu jawabanku untukmu? Aku masih tak yakin dan dalam ketidak yakinanku kembali lagi aku memikirkanmu.

Maret 2009

Menghabiskan masa libur bersama keluarga dirumah. Tak ada kata yang tak indah, tak ada rasa yang tak bahagia, dan tak ada ceria yang tak terasa. Semua ada di istanaku, rumahku dan keluargaku. Rumahku tak merdu tanpa bentakan lantang ayahku. Rumahku tak syahdu tanpa tangis manja adikku. Rumahku tak ceria tanpa omelan nyaring ibuku, dan rumahku tak kan lengkap tanpa adanya aku. Apa aku hanya berfungsi sebagai pelengkap kalau akulah anak pertama? pertanyaan aneh bersarang diotakku dan pertanyaan itu tak butuh jawaban, bahkan mungkin tak ada jawaban.

Waktu kembali membawaku kehabitat peradaban dunia pendidikan. Berteman dengan kertas, bolpoin, laptop, makalah dan seperangkat pelengkap kuliah lainnya membuatku melupakan sejenak dirimu. Benar adanya aku sejenak melupakanmu, karna semester ini aku mengambil 26 Sks. Merupakan pemaksaan otak supaya tak terus-terusan manja padaku.

Mei 2009

“Te, kamu dicari seseorang!”
Teriak salah seorang temanku dari ambang pintu kelasku, aku memandanginya. Menunggu reaksi selanjutnya.
“Orangnya ditaman sebelah kantin.”
Info yang cukup akurat menurutku, karna tanpa aku menanyakan lagi aku sudah paham. Segera aku melangkahkan kakiku menuju tempat yang ditunjukkan temanku tadi. Dari jarak kira-kira 1 meter aku melihat punggung seorang lelaki bertubuh jangkung, memakai jacket biru dan jeans belel lengkap dengan sepatu bututnya. Aku mengenalnya, benar mengenalnya. Hatiku berucap balik arah, tapi kakiku tak mampu. Terpaku tanpa kata, tertunduk tanpa aba. Seseorang itu membalikkan badannya. Aku melihat dari gerak kakinya namun masih tak berani mengangkat wajahku.
“Apa kabar Dik?”
Sapaan singkat yang membuat tubuhku serasa lumpuh. Aku benar-benar seperti seorang tahanan yang siap dihukum mati, pasrah tanpa pandangan dan ucapan. Seseorang itu melangkah maju dan semakin dekat denganku. Aku sudah tak tahu harus bagaimana.
“Te, Ayo ikut aku!! BEM masuk UGD, butuh suntikanmu.”
Tiba-tiba salah seorang temanku menarik lenganku.
“Maaf Mas, saya pinjam Tere dulu, darurat!”
Teriaknya sambil menyeret dan mengajakku setengah lari menuju kantor BEM. Dan selanjutnya aku benar-benar terbelenggu didalam istana BEM, tak henti-hentinya memberikan suntikan kepada penghuninya yang keracunan omongan tak berujung, hingga menyebabkan pertarungan hebat diantara organ dan sel-sel yang ada pada pencernaan BEM.

Juli 2009
26 SKS sukses kutempuh. Apapun hasilnya nanti aku yakin tak akan mengecewakanku dan orang tuaku. Aku tak pulang untuk liburan kali ini. Memfokuskan diri untuk persiapan OSPEK mahasiswa baru. Aku tak bisa meninggalkan tanggungjawabku. Bekerja bersama panitia lainnya merupakan hal mengasyikkan. Mempersiapkan segala sesuatunya untuk mahasiswa baru untuk mengenal lebih jauh tentang hakikat mahasiswa sebenarnya, seluk beluk kampus dan civitas akademik.
“Te, menurutmu apa tema yang pas untuk OSPEK tahun ini?”
Tanya sang ketua panitia.
“Apa ajalah, menurut yang lain bagaimana?”
Aku mengalihkan pertanyaan untuk panitia lainnya. Berharap opsi itu muncul dari mulut generasi penerus BEM. Namun mereka lebih suka bungkam tanpa suara. Aku mengerti keadaan seperti ini sering terjadi.
“Ayolah kawan, salurkan suaramu..!”
Berlagak sok memotivasi mereka. Namun lagakku yang sok mampu membawa mereka menyalurkan suaranya. Berawal dari ketua panitia lalu disusul dari anggota lainnya. Hingga terjadilah kesepakatan bersama untuk tema OSPEK tahun ini.
“Merekontruksi Mindset Mahasiswa ”
Selain persiapan OSPEK aktivitas keduaku adalah bekerja parttime, mencoba mengumpulkan rupiah dari keringatku sendiri, aku menyukai pekerjaanku. Menyalurkan sekelumit ilmu yang ada di otakku untuk adik-adik umur 10 tahun yang mayoritas kelas 4 SD. Cukup menyenangkan bersama mereka, walaupun kadang juga menjengkelkan ketika antara mereka ada yang saling ejek dan berujung pertengkaran kecil. Sejauh ini aku mampu mengatasi masalah tersebut dengan problem solving ala kadarnya.

Masihkah kau ada untukku?

Sms darimu dipenghujung malam membuatku tertahan. Menyadarkanku bahwa aku tak memperdulikanmu setelah tragedi kedatanganmu di kampusku.

Tuhan.. Aku masih tak mampu memberi jawaban kepadanya..
Apa aku salah dengan keadaanku Tuhan??
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati..
Wahai Dzat yang menguasai hati..
Tetapkanlah hatiku Tuhan..
Tetapkan hatiku..
*Penghujung malam, Juli 2009

September 2009
Awal perkuliahan dipertengahan semester. Menyiapkan segalanya demi kelancaran. Aku masih melanjutkan pekerjaan parttime ku. Terlancur cinta hingga membuatku tak kuasa meninggalkannya. Lagipula tak membuat waktuku tersita karenannya. Malah waktuku lebih tersita untuk sekedar memikirkanmu dengan segalamu disana.
Disuatu sore yang indah, ayah menelfonku. Tak biasanya.
“Bisa pulang barang sehari Nduk? Ada hal yang genting yang membutuhkan kedatanganmu.”
Ayah adalah seorang yang memang tak suka basa basi, apa yang ingin dikatakan itu yang akan dilakukan, tanpa ada embel-embel apapun. Ciri khas ayah tersebutlah yang membuatku selalu mengagumi dan membanggakannya.
Hal genting apa hingga membutuhkan kehadiranku? Pertanyaan tersebut bersarang diotakku. Yang pasti aku harus pulang. Aku memutuskan pulang seminggu, mengorbankan jam kuliahku, tak apa hanya sekali. Akademik masih memberikan dispensasi hingga empat kali. Jadi tak ada yang perlu dipermasalahkan.

“Rio melamarmu Nduk..” Pernyataan ayah membawa anganku melayang mengelilingi jagad raya. Mencari makna yang terselubung dalam lubuk hatiku.
“Apa kamu sudah ada jawabannya Nduk? Dia telah menceritakan semua kepada Bapak perihal kedekatan kalian.”
Pertanyaan ayah lebih membuatku menjadi manusia patung. Jawaban itu lebih mengarah kehubungan yang lebih serius, tak sekedar jawaban yang ditunggu Rio berbulan-bulan kemarin atas ungkapan hatinya dan memintaku menjadi pacarnya. Dan saat ini aku diminta menjadi istrinya, bukan pacarnya.
“Menenge wong wadon kuwi tandane gelem Nduk.. apa tak ada sepatah katapun untukmu meyakinkan Bapak dan Ibumu?”
Mahasiswa macam apa aku ini? Dikelas berlagak sok aktif dengan beragam opsi, pertanyaan dan sanggahan, di organisasi berlagak sok keren dengan berbagai macam kritikan dan solusi. Tapi kenapa hanya untuk menjawab pertanyaan satu dari ayahku aku tak mampu. Sebodoh dan setolol apa otakku.
Aku mengumpulkan keberanian untuk memberi jawaban itu kepada ayah. Dengan segenap kekuatan yang ada dilahir dan bathinku.
“Menurut Bapak bagaimana?” Shiit! Umpatku dalam hati. Kenapa malah pertanyaan balik yang kulontarkan.
“Piye toh Nduk, Kok malah balik tanya ke Bapak? Bapak kepingin ngerti dulu perasaanmu ke Rio itu bagaimana. Baru bapak akan memberikan penjelasan padamu.”
Suara berat ayah selalu membuatku sedikit lebih tenang. Aku harus mengakui perasaanku. Perasaan yang selama ini ditunggu oleh Rio, yang baru aku temukan setelah membaca sms terakhir Rio : Masihkah kau ada untukku? . jawabannya iya aku ada untukmu Rio. Sekarang aku akan mengungkapkannya. Kepada Ayah akan kuungkap segala rasaku.
“Aku mencintainya Pak..”
Terasa seluruh bethon yang ada dikepalaku runtuh. Melonggarkan nafas dan pikiranku.
Namun terasa berat lagi ketika seseorang tak diundang masuk kedalam majlis keluargaku. Aku tertunduk, berpikir apakah dia tadi mendengar pernyataanku? Aku malu. Malu pada diriku sendiri.
“Duduklah Nak..!” ayah mempersilahkan dia duduk, tepat disebelahku, antara aku dan ayah. Ayah menyuruh ibu membuatkan minum. Aneh! Pekikku, kenapa tidak aku saja yang disuruh ayah untuk buatkan minum? Kenapa malah ibu? Seikat pertanyaan tak terjawab bersarang diotakku. Akupun tak ada keberanian menawarkan diri.
Ayah mengambil nafas berat seraya meminum teh yang ada didepannya. Pertanda ada sesuatu yang berat yang akan ayah katakan, aku cukup mampu membaca sikap ayah.
“Rio, kamu tentu sudah mendengar ungkapan hati anakku kan?” Rio mengangguk mendengar pertanyaan ayah, aku melihatnya sekilas lalu tertunduk lagi.
“perlu kalian ketahui, bahwa kalian berdua adalah saudara. Memang bukan saudara kandung, tapi saudara sepersusuan, dimana didalam Islam tak membolehkan pernikahan itu terjadi antara saudara sepersusuan.” Pernyataan ayah meluncur mulus laksana roket yang menembus dinding langit. Aku tertunduk semakin dalam, perkataan ayah menembus dinding ulu hatiku. Memporak-porandakan bangunan cinta yang kurangkai dan kudesain indah sekian tahun dihatiku. Tanpa sadar air mataku berderai, menganak sungai di pelupuk mataku. Aku tak mengerti dengan skenario yang ditulisNya untukku, skenario yang mengantarkanku didetik yang membuatku merasa gelap memandang masa depan.
Disisi lain, Rio hanya mampu menggigit bibir mendengar ucapan ayahku. Aku tahu pantang baginya untuk menangis. Dia menangkis air matanya dengan menengadahkan kepalanya.
Ayahku memahami keadaan ini.
“Maafkan Bapak yang tak bisa membaca arah kedekatan kalian, kalian terlalu dekat sejak kecil. Jadi bapak pikir kedekatan kalian hanya sebatas saudara. Rio, ibumu meninggal karena memilih bayinya yang ingin diselamatkan, yaitu kamu. Pasca meninggalnya ibumu, dokter menyarankan agar kamu diberi minum susu yang biasa dijual di supermarket. Namun, kamu menolak dikasih minum susu yang dibelikan ayahmu tersebut. Akhirnya, aku sebagai sahabat ayahmu yang merasa kasihan padamu pun juga ayahmu menyarankan agar kau disusui oleh istriku. Waktu itu Tere masih belum lahir, dan istriku juga masih dalam keadaan duka karna bayi pertama kami yang berumur 2 bulan diminta kembali olehNya. Dan hasilnya sangat mengejutkan, kamu langsung cocok dengan istriku. Dan istrikupun teramat senang, kamu laksana obat pelipur laranya. ”
Ayah menceritakan kronologi persaudaraanku dengan Rio. Aku mendengarkannya masih dengan perasaan yang campur baur. Rio pun kurasa demikian.
“Jadi, Bapak harap kalian bisa mengerti dengan semua penjelasan dan penjabaran tadi, maafkan Bapak nak..”
Ayah berkata sendu, lalu meninggalkan kami berdua.
Ibuku yang disuruh ayah membuatkan minuman dari tadi juga tak muncul. Mungkin beliau merasa terpukul dengan keadaan ini.
Aku masih tertunduk.
“Dik, maafkan aku atas kelancanganku. Aku harus pergi ”
Ucapan Rio tak mampu menyadarkanku. Dia meninggalkanku, ya! Dia meninggalkanku, bukan aku yang meninggalkannya. Aku tak tahu apa yang ada dihati dan pikirannya, namun aku bisa mengerti makna kepergiannya.
“Aku masih akan tetap mencintaimu, Kak..” bisikku perlahan..
Aku tak kebetulan mencintainya,.
karena aku tak kebetulan mengenalnya..
Namun sebuah kebetulan yang aku tak ketahui,
bahwa dia adalah saudaraku..
Selama 20 tahun lamanya..
Catatan akhir, September 2009


Jombang, Oktober 2011



Sinopsis

Suatu kebetulan yang berujung memporak-porandakan perasaan cinta antara Rio dan Tere. Pengakuan cinta Rio selama setahun lamanya berujung pahit. Kronologi sejarah kelahiran Rio membuka tabir kebenaran dan mengantarkannya pada sebuah serendipity bahwa Tere adalah saudara sepersusuannya. Islam mengharamkan pernikahan saudara sepersusuan, itulah yang menjadi alasan Ayah Tere tak merestui pinangan Rio. Penyesalan Ayah Tere tak mampu menghapuskan perasaan cinta Rio dan Tere yang telah terbangun kokoh dimasing-masing hati mereka. Namun, dengan adanya Serendepity tersebut, mereka mampu mengerti dan memahami makna sebuah keikhlasan.

Cerpen ini dikirim :
Lomba Cerpen SSC FEB Unair 2011

Belah Duren..

Siang-siang.. panas..panas..
brangkat ke kota Jombang..
Refresh otak dan perut.. hahahai..
DUREN- maybe buah termahal versiku. lha piye? duren kecil sebiji aja 15.000, padahal salah satu kecamatan di Jombang yaitu Wonosalam adalah tempanya duren..
harusnya harganya 5.000 aja dech.. hwehwe..





nyummi..myummmiiii...




Pertama kali ikut acara safari ramadlan teman-teman BEM,,,
Hemm.. biarpun aku nggak full 10 hari disana,18-28 Agustus 2011
banyak kesan dan pelajaran yang kudapat..
bertempat di desa pulosari Kec. Bareng Kab. Jombang
Sebuah desa yang cukup makmur, namun aku rasa minim dalam masalah pendidikan.
luamayan jauh dari kota jombang.
kegiatan yang diagendakan teman-teman cukup banyak, misalnya :
ngajar TPQ, ngajar ibu-ibu, tadarus, bakti desa, dll
terakhir penutupan adalah pengajian umum.



Berpose dulu sebelum rapat dengan karang taruna dan perangkat desa.. hehe


Acara khataman..





Jalan-jalan sekalian bantu nyuci karpet masjid.. ^^

TUBAN kotaku tercinta (TUBAN AKBAR)

Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam namun beberapa kalangan ada yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban sangat terkenal akan penghasil minuman (tuwak & legen) yang berasal dari sari bunga siwalan (ental). Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dan PANTURA juga sebagai objek wisata di Tuban. batas-batas wilayah daerah Tuban : utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah.
Di kabupaten Tuban juga terdapat kerajinan Batik yang masyarakat Tuban menamainya Batik Gedog, karena cara membuatnya yang berbunyi "Dog" walhasil masyarakat Tuban menamainya dengan batik Gedog.


Air terjun Nglirip


Batik Gedog


Pantai Boom


Goa Akbar


Goa Putri Asih




Semen Gresik (Glondong tuban)


Masjid Agung Tuban

Baktiku padaMu…

Aku termenung disudut candela kamarku. Memandangi rembulan yang seakan mengejekku dengan kilau cahayanya. Inginku mengutuk rembulan tersebut, tapi apa ia tahu kemelut apa yang ada dalam dadaku? Akh! Semakin terasa sakit kalau aku mengingat tragedi tadi sore dengan Ibu dan Bapakku.
“Nduk,, kamu itu bocah wedok. Buat apa sekolah tinggi – tinggi? Toh nantinya kamu akan masak, macak, lan manak.” Lembut tapi tegas bapak memberi penjelasan terhadapku.
“Tapi Pak, aku belum ingin menikah, aku cuma ingin kuliah. OK! Kalau Bapak memang keberatan dengan biaya kuliah, aku akan bekerja dan menanggung sendiri biaya kuliahnya. Jadi Bapak nggak perlu repot – repot bekerja untukku.” Suaraku meninggi. Untuk kali ini aku berani membantah dengan memakai kata aku untuk menyebut diriku.
Ibuku yang duduk disamping bapak terlihat kaget menyadari perubahan sikapku.
“Sejak kapan kamu berani membantah seperti ini Nak? Itukah hasil didikan pesantrenmu selama ini?”
Kata – kata Bapak sungguh menohok hatiku. “Aku tak pernah minta tinggal di pesantren, Bapak yang dulu memaksaku. Aku hanya menuruti Bapak, apa salah kalau saat ini aku meminta hakku sebagai anak. Meminta kebebasan?? ” kata yang bertahun – tahun terpendam meluncur mulus dari mulutku.
“Astagfirullah.. !! nyebut Nduk..” Ibu mencoba menenangkanku. Bapakku masih terlihat tenang walau aku lihat pandangannya begitu tajam menatapku.
Diam, beberapa menit. Isyarat dari sebuah pandangan mata. Aku mampu membacanya. Tanpa mengatakan sepatah katapun aku pergi meninggalkan mereka berdua. Masuk kekamar. Dan menumpahkan semua. Aku menangis sejadi jadinya. Sesal dan marah menggerogoti ruang didadaku, dan aku tak mampu menahannya.
Sejak kejadian tadi sore, aku sama sekali tak keluar kamar. Hingga malam ini. Aku masih belum menemukan jalan mana yang mesti ku tempuh. Aku masih belum siap kalau aku dirumah, sudah pasti aku akan dinikahkan dengan orang tuaku. Bukan karna aku sudah punya kekasih hati. Tapi aku hanya tidak siap. Dan aku hanya ingin kuliah, ingin menuntut ilmu, ingin mengubah nasib keluargaku. Aku tidak ingin seperti teman – teman seangkatanku, selesai SMA langsung menikah dan tinggal bersama orang tuanya. Aku tidak ingin itu. Buat apa sekolah sampai SMA kalau ujung – ujungnya hanya nikah. Bukankah tinggal selangkah lagi untuk memperoleh gelar sarjana? Dan dengan gelar tersebut pekerjaan akan mapan, tidak menggantungkan orang tua lagi. Itu harapanku. Aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku. Tapi mereka tak bisa memahami maksudku. Dulu waktu lulus SMP aku berniat melanjutkan di SMA daerahku. Dengan sekolah SMA, aku bisa dapat beasiswa lagi seperti waktu SMP, dan tidak merepotkan orang tua. Tapi Bapak malah memaksaku sekolah yang tinggalnya dipesantren. Aku tak bisa membantahnya waktu itu. Tapi sekarang giliran aku minta kuliah, dengan alasan biaya mereka melarangku. Sangat lucu kupikir, karena waktu di pesantren saja mereka kuat. Tentulah nggak jauh beda. Apalagi nanti aku bisa mengajukan beasiswa dikampusku. Akh! Pikiran bapak terlalu sempit. Kalau anak perempuan itu nggak harus sekolah tinggi – tinggi. Yang bertugas mencari nafkah kan laki – laki. Persepsi bapak sungguh kebalikanku. Bukan aku menyalahi kodrat sebagai perempuan. Tapi aku hanya ingin mandiri. Ketika nanti berumah tangga tidak hanya tergantung kepada suami.
“Mbak… adek pingin tidur sama mbak..” terdengar sayup suara adek memanggilku dan membuyarkan semua lamunanku. Aku membuka pintu kamar, adek berdiri diambang pintu dengan gaya mengucek – ngucek matanya. Tanpa pikir panjang, aku menggendongnya menidurkannya diatas kasur. Aku mengecup keningnya dan membacakan dongeng kancil sebagai pengantar tidur. Mungkin ini yang disuka adek dariku. Setiap aku dirumah, dia lebih sering tidur denganku. Masih berumur 2 tahun adekku yang bungsu, dan yang pertama berada di kelas 6 SD. Aku terlahir sebagai seorang anak petani desa, mempunyai 2 adik laki – laki yang masih kecil. Aku anak pertama. Mungkin karena alasan ini juga yang menguatkanku ingin kuliah dan merubah nasib keluargaku.

###

Usai sholat subuh, berniat membicarakan baik – baik masalah kemaren sore. Aku masuk kekamar bapak, tak ada. Aku menuju ke ruang sholat. Kudapati bapak dan ibu khusyuk berdo’a. lamat – lamat aku mendengarkan do’anya. Tak terasa air mataku meleleh. Hatiku bergetar mendengar do’a tersebut. Aku membungkam mulutku, berharap bapak dan ibu tak mendengar isakku. Aku kembali kekamar, tak kuasa ku menahannya.
“Mbak??” adekku terbangun mendengar isakku. Ia memegang pipiku. Aku semakin menangis dan memelukknya. Mungkin adekku bingung dengan apa yang kulakukan. “Ukh! Adek sesak nich..”. tak sadar akan pelukanku terhadapnya yang terlalu erat. Aku melepaskannya. Memandangi wajahnya dan menciumnya. Mencoba tersenyum. “Yuuk.. iyam dek??” adekku selalu senang mendengar kata mandi. Dia suka bermain air.
Usai memandikan adek dan mendandaninya, aku kedapur, membantu ibu masak. Mempersiapkan sarapan untuk keluarga. Tak ada percakapan dengan ibu. Aku takut memulainya. Aku tadi sempat melihat adek sedang belajar dengan bapak diruang tengah. Dan yang tadi kumandiin berkutat dengan mainannya diruang tamu. “Sungguh aku bahagia..” pekikku dalam hati.
Ditengah – tengah sarapan, aku memberanikan diri untuk memulai bicara, membahas pembicaraan kemaren yang tertunda karena ulahku.
“Ehm.. Pak, Bu.. Nduk minta maaf untuk yang kemaren.” Suaraku terdengar parau.
Diam, tak ada sahutan, hanya suara sendok menyentuh piring yang terdengar. Kedua adekku pun seperti tahu keadaan, si bungsu pun tidak rewel dipangkuan ibu. Aku jadi serba salah.
“Nduk salah Pak.. Bu.. Nduk minta maaf. Nduk nggak bermaksud untuk menentang Bapak ataupun Ibu, Nduk hanya ingin mengeluarkan pendapat dan unek – unek yang ada dalam hati Nduk.”
Masih diam.
“ sekarang, apa yang Bapak dan Ibu inginkan dari Nduk? Sebisa dan sesanggup Nduk akan menurutinya. Nduk nggak mau jadi anak durhaka, nduk nggak mau itu.”
Semua masih diam. Aku sudah kehabisan kata, apa yang ingin kuomongkan sudah kuucapkan. Akhirnya akupun ikut diam, menunggu keputusan dari Bapak ataupun Ibu.
“Mbak koq nggak maem??” celetuk adek bungsuku.
Aku tersenyum tanpa kata mengomentari pertanyaan adek. Takut salah ngomong, kalau di tanggepin biasanya adek makin cerewet.
“Ehm.. bapak sama Ibu slalu memaafkan setiap kesalahan anak – anaknya nduk, tanpa kamu minta maafpun kami sudah memafkankan. Bukan begitu Bu? Hmm,,”
Ibu tak komentar. Hanya anggukan dikepala.
“ Begitu juga demikian, ketika orang tua salah, alangkah baiknya kamu menegurnya. Dengan tanda kutip, menegur dengan cara yang sopan. Ingat sopan santun dan unggah ungguh Nduk kalau sama dengan orang tua. ”
Aku tertunduk mendengarkan, tak berani menatap wajah ayah.
“ Bapak bukannya koq melarang kamu kuliah Nduk,, tapi keberatan. Dan bapak juga punya alasan yang kuat seperti kamu yang kukuh dengan alasanmu ingin kuliah. Bapak itu ingin kamu mengajar ngaji di desa ini Nduk, siapa lagi yang akan menyelamatkan desa ini dari kebodohan? Tujuan utama bapak menyuruhmu menimba ilmu dipesantren itu agar kamu matang dipendidikan agama, dan kuat memperjuangkan agamaNYA. Dan saatnya inilah, kamu membuktikan iman dan ilmumu? Kuat tidak menghadapi masyarakat disini? Kemaren bapak bilang untuk apa kuliah kalu ujung – ujungnya masak, macak, manak. Itu bapak ingin menguji mental kamu. Ternyata kamu masih terlalu egois menghadapi pendapat orang lain. Kamu tahu Khadijah Istri Nabi kan Nduk? Bapak ingin kamu seperti beliau. Beliau yang berjuang mati – matian mendampingi Nabi memperjuangkan agamaNya. Sekarang Bapak Tanya, niatmu kuliah itu untuk apa?”
Aku menyelami kata demi kata yang keluar dari mulut Bapak. Aku memahaminya. Ragu – ragu aku menjawab.
“ biar dapat gelar, dan dapat pekerjaan yang layak supaya bisa membahagiakan Bapak dan Ibu.”
“ Nduk.. Nduk… niat kuliah koq seperti itu?? Berarti hanya mementingkan urusan dunia, tidak akhirat? ” bapak mengambil nafas.
“ Semua memang harus kita rencanakan Nduk, tapi apapun nanti, itu keputusan Allah, kalau kamu niat kuliah hanya mencari dunia, maka yang kamu dapat hanya dunia, tapi jika kamu niat menuntut ilmu, memberantas kebodohan, menuntut ilmu karena Allah. Insya Allah, Allah akan memberi jalan.”
Aku mencerna kata – kata Bapak, memahaminya. Kemudian aku tersenyum. Bapakpun demikian, seolah bisa membaca pikiranku. Aku berdiri.
“SIAP KOMANDAN!! Kalau begitu Nduk siap dirumah dan berjuang di tempat kelahiran. Hemm.. tapi Bapak juga harus bantu. Hehe..” Ucapku lantang sambil nyengir.
“LAKSANAKAN!!” ucap Bapak tak kalah lantang dariku bak Pembina upacara.
Aku melangkah tegap dengan senyum mengembang, bersiap memulai perjuangan. Ya! perjuangan memberantas kebodohan, dan menegakkan AgamaNya. Allahu Akbar!! Ucapku dalam hati.

Dearest :
My Parents.. I Always Love You..

SEDEKAH BUMI

Malam semakin larut, namun aku masih terjaga menekuri dan mencoba mencerna tiap baris kata yang ada dalam buku pemberian bapak kemarin malam.
“Nduk , ini Bapak punya buku. Bacalah!”
Belum sempat bertanya pada bapak, beliau langsung pergi setelah memindah tangankan buku itu padaku.
Dan malam ini buku itu sukses membuat aku tidak bisa memejamkan mata. Untuk ukuran anak SMP sepertiku cukup sulit memahami bahasa yang ilmiah dan njlimet yang ada pada tiap baris ditiap kata pada buku itu.
“Akh! Padahal bapak hanya lulusan SD, kenapa beliau paham ya baca buku kayak gini??”
Pekikku dalam hati.
I’TIQAD AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH, judul yang tertera pada sampul buku yang ku baca. Dari sekian halaman yang aku baca, aku berhasil mengetahui makna AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH, yaitu para penganut ajaran Nabi Muhammad dan Sahabat – sahabat Nabi. Dan Ahlussunnah wal jama’ah adalah salah satu dari 73 golongan. Bukan isi dari buku ini yang kupikirkan, tapi aku malah berpikir apa tujuan bapak menyuruhku membaca buku yang sama sekali aku sendiri tak memahaminya. Mending aku baca komik, majalah atau novel. Tapi entah dapat kekuatan darimana, aku kembali membaca baris perbaris hingga akhirnya ku terlelap.

###

“Wah! Semalam begadang toh Nduk?? Dibangunin berkali – kali sama ibumu kok nggak mempan. BANGUN!!”
Aku mengerjapkan mata, merasakan percikan air diwajahku.
“Akh! Bapak pakai jurus pamungkas.”
Aku mulai ngedumel.
“Ayo cepetan bangun. Mataharinya sudah mulai naik tuh. Mau sholat subuh apa subha (Subuh wa dluha) ??”
Tanpa menggubris kultumnya bapak aku bersa’I menuju padasan . Secepat kilat kukerjakan 2 raka’at. Mengejar waktu.

###

“Nduk, hari ini bantuin ibu masak ya?”
Aku yang sedang membersihkan halaman rumah kaget mendengar perintah ibu barusan. Karena jadwal weekend ku hari ini adalah pergi ke laut bareng teman – teman cari remis .
“Tapi bu? Nanti temen – temen ngajak cari remis.”
Sanggahku pada ibu.
“Ealah Nduk, hari ini kan Sedekah Bumi nanti malam ada pagelaran wayang kulit. Banyak makanan jadi minggu depan saja cari kerangnya.”
“Sedekah Bumi??”
“Iya, mumpung masih pagi habis bersih – bersih langsung bantuin ibu di dapur, ibu mau beli bahan – bahannya dulu.”
Tidak bisa membantah karena ibu langsung saja pergi tanpa memikirkan perasaanku. Aku melanjutkan tugasku, dan belum lama ibu pergi, temanku yang mengajak pergi ke laut datang.
“Ni, rencana kita ditunda minggu depan ya? Aku disuruh bantuin ibu masak.”
Kata irma to the point.
“Lho! Pas banget toh Ir, barusan ibu juga menyuruhku menunda cari remisnya minggu depan. Alasannya ibu sama kayak alasan kamu.”
“Ya iyalah Ni, lha kita nggak tahu kalau hari ini ada Sedekah Bumi.”
“Eh! Ir tapi ngomong – ngomong sebenarnya Sedekah Bumi itu menurut ajarannya siapa ya? Apa zaman Nabi dulu juga ada Sedekah Bumi?”
“Ni, yang aku tahu Sedekah Bumi itu acara pagelaran wayang, kondangan, makan – makan dan ramainya desa kita. Waktu zaman Nabi kan aku belum lahir. Jadi aku nggak tahu. Hehehe…”
“Aku serius Ir!!”
Nadaku menekan, merasa Irma meremehkan pertanyaanku.
“Ojo ngetril ngunu ngomongmu Ni, aku juga serius nggak tahu. Coba kamu tanya bapak atau ibumu mungkin beliau tahu. Udah ya, Aku pulang dulu?”
Kata Irma sekalian pamit, membuatku memikirkan pertanyaanku yang tak terjawab olehnya.

###

Aku mulai membersihkan dan memotong sayuran yang dibeli ibu sesuai intruksi dari beliau. Ibu yang membuat bumbunya, terakhir aku yang memasaknya. Hal yang paling kusukai.
“Nduk, nanti setelah selesai semua tolong ambilkan kue pesanan ibu ya?”
“Dimana Bu? Kenapa Ibu nggak buat sendiri? Biasanya Ibu kan paling suka buat kue?”
“Kata bapak, tetangga sebelah ada yang menerima pesanan kue, jadi kenapa mesti repot – repot. Itung – itung membantu keuangan mereka.”
Kata ibu sambil tersenyum simpul. Dan aku tak maksud dengan alasan ibu tersebut.

###

Tepat pukul 13.00 berkatan telah siap. Segera kuambil kue di tetangga sebelah yang hanya berjarak 6 rumah disamping rumahku. Sesampainya dirumah segera ku tata kue tersebut di berkatan yang berupa tumpeng nasi kuning dan hiasan sambal, lauk dan kue yang melingkar.
“Sempurna!”
Kataku bangga melihat hasil kerjaku dan dengan ibu tentunya. Ku lihat ibu membersihkan peralatan yang tadi dipakai untuk masak. Aku belum sholat dzuhur, prekdiksiku tak cukup waktu untuk sholat bila aku membantu ibu dulu.
“ Ndang adus Nduk! Kamu belum sholat biar Ibu saja yang membersihkan semua. Ibu tadi kan sudah sholat. ”
Kata ibu seolah bisa membaca apa yang ada dipikiranku.
“Makasih Bu…”
Jawabku singkat. Kuambil handuk yang ada dikamarku dan pergi mandi. Usai mandi sekalian wudlunya kumasuk di tempat sholat keluarga dan kudapati bapak sedang duduk dengan khusyuk. Entah ritual apa yang dilakukan bapak. Aku tak mempedulikannya. Kukerjakan sholat dzuhur. Usai sholat bapak melarangku beranjak. Bapak ingin ngobrol.
“Wah! Kesempatan buat nanya ke bapak nich!”
Pikiranku teringat akan pertanyaan yang kulontarkan pada temanku tadi pagi. Sebenarnya aku tak pernah berani memulai pembicaraan dengan bapak, karena bapak pendiam tidak seperti ibu yang selalu mengkritik apa yang kupakai dan yang kulakukan. Bapak lebih suka bicara baik – baik dan memilih waktu dan tempat yang pas. Perbedaan yang kentara antara ibu dan bapak. Namun perbedaan inilah yang membuat mereka bisa saling melengkapi.
“Nduk, Bapak belum ngajak bicara kok sudah ngelamun? Kamu ini kebiasaan.”
Kata bapak membuyarkan apa yang baru saja aku pikirkan. Aku tersenyum simpul. Ternyata bapak tahu kebiasaanku.
“ Bagaimana dengan buku yang bapak kasih kemaren Nduk? ”
Aku terdiam sejenak, ternyata hanya hal sepele yang bapak tanyakan. Padahal aku sudah mempersiapkan segenap jiwa dan raga kalau saja dapat ceramah gratis karena suatu kesalahan yang aku lakukan.
“Sulit memahaminya Pak, bahasanya njlimet.”
Jawabku singkat dan berharap bapak bisa tahu bahwa aku sama sekali sudah tak berminat membacanya lagi.
“ Bapak ngerti itu Nduk, tapi bapak yakin suatu saat nanti kamu akan mengerti semua isi buku tersebut. Simpanlah buku itu!”
“ Nggeh Pak”
Jawabku senang, karena tidak ada paksaan untuk membaca lagi buku itu.
“ Eh iya Pak, aku pingin tahu sejarahnya Sedekah Bumi, apakah zaman Nabi dulu ada acara itu Pak?”
Aku memulai apa yang cudah kurencanakan tadi.
“ Hmm.. Ternyata perkiraanku salah Nduk, kamu sudah mampu sedikit menyerap buku itu lewat pertanyaanmu ini. Bapak akan menceritakannya, Sedekah Bumi di desa kita ini adalah tradisi atau budaya dari orang – orang dulu sebelum para Waliyullah memasuki daerah Tuban. Selain itu ada Tayuban yang juga termasuk tradisi budaya dari daerah kita. Dulu Sedekah Bumi itu adalah pesta desa. Makan – makan dan senang – senang itulah tujuan utamanya., Dengan adanya Towak, minuman memabukkan yang terkenal didaerah Tuban, dan di iringi gending Tayuban menjadikan pesta tersebut semakin hidup hingga pagi. Seiring adanya dakwah yang dilakukan oleh Waliyullah Sunan Bonang. Hal – hal yang tidak bermanfaat dirubahnya tetapi tidak meninggalkan tradisi lama misalnya, pesta peringatan 3,7, 40, 100, dan 1000 harinya orang meninggal yang di ubah menjadi acara Tahlilan . Sedekah Bumi juga salah satunya. Tapi ya itulah bagi mereka yang belum betul – betul memahami hukum Islam, mereka akan menganut tradisi lama. Tapi walaupun begitu, mereka wajib ikut kondangan yang dilakukan di balai desa dan pembacaan Tahlil yang dipimpin oleh Mbah Modin . Kalau Bapak sendiri mengartikan Sedekah Bumi merupakan ungkapan rasa syukur kita kepada Allah yang telah melimpahkan semua yang berasal dari bumi ini, hasil sawah, ladang, hutan, pun juga laut untuk kita ini dengan cara Tahlil dan Kondangan.”
Aku cukup mengerti dengan semua penjelasan yang bapak berikan. Aku terdiam dan berpikir, ternyata kita juga hidup dari sejarah orang – orang terdahulu. Sangat tidak menghargai kalau kita melupakan sejarah, tradisi, dan budaya yang telah ada.
“ Kok melamun lagi Nduk? Paham tidak dengan apa yang telah Bapak utarakan tadi?”
“Hehehe.. Nggeh Pak, paham kok.. terimakasih ya Pak?”
Jawabku sambil terkekeh karena kaget dengan pertanyaan bapak tadi. Tepat sekali perbincanganku dengan bapak selesai, adzan berkumandang. Usai adzan kita jama’ah sholat ashar. Rasa syukurku kepadaNYA sungguh tak terkira.

###

Dan malamnya di desaku benar – benar ramai. Aku diajak bapak menyaksikan pagelaran wayang. Lakon Ramayana yang dibawakan oleh Pak Dalang sungguh membuatku terpukau hingga aku tak mengantuk sedikitpun. Karena besok tanggal merah lagi, aku tidak khawatir dan bahkan berencana tidur sebagai ganti porsi tidurku malam ini.

###


Cerpen ini dikirim dalam lomba Humaniora Islamic Festival Dengan tema: “Menyelami Budaya, Mendzikirkan Cakrawala” Sebuah festival yang akan menampilkan keindahan Islam dari sudut pandang budaya dan seni. Acara ini diadakan oleh Lembaga Dakwah Fakultas Forum Amal dan Studi Islam (FORMASI) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).

PROPOSAL PENELITIAN

PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH I BAHRUL ‘ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG LADANG UNTUK MENCIPTAKAN GENERASI MUSLIMAH YANG TERAMPIL DALAM BERORGANISASI DAN BERMASYARAKAT

Dibuat guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian



Dosen Pembimbing
Moh. Khozin, S.Ag., M.SI

Disusun Oleh:
T a s n i m
NIM : 2008.01.0646

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAHRUL ‘ULUM
TAMBAKBERAS JOMBANG
2011

A.LATAR BELAKANG MASALAH
Aset paling berharga suatu bangsa adalah terletak pada generasi mudanya. Mereka nantinya akan mengemban amanat untuk meneruskan perjuangan dan pembangunan demi kemajuan bangsa. Karena itu perlu adanya pembinaan yang terarah dan terpadu dalam mengemban amanat umat.
Dengan adanya tujuan ini maka dituntut untuk menggugah gairah belajar dengan memegang erat nilai-nilai moral sesuai dengan prinsip pembangunan yang nantinya diharapkan tidak hanya menjadi penonton saja tapi menjadi pemain unggul dalam persaingan di era globalisasi ini.
Pondok pesantren sebagai salah satu Islamic land education hingga saat ini masih diakui eksistensinya dalam menempa generasi bangsa yang berdedilkasi tinggi dalam segi moral maupun mental. Sehingga pesantren dituntut mampu mencetakgenerasi bangsa yang handal dan berbasis Islam. Generasi yang mampu berkiprah secara ikhlas dan penuh kemantapan dalam beramal dan berjuang dalam masyarakat.
Mengingat hal itu Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang sebagai lembaga pendidikan Islam perlu mengupayakan keinginan tersebut untuk meneruskan dan meningkatkan sumber daya manusia yang bermutu tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan dengan bekal IPTEK dan IMTAQ guna terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian terhadap santri masih dalam proses mempersiapkan mental dirinya dalam kesiapan dakwah. Kesiapan dakwah dalam hal ini, siap dan terampil dalam berorganisasi dan bermasyarakat tentunya. Untuk mengetahui pendapat peneliti itu, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ladang untuk menciptakan generasi muslimah yang terampil dalam berorganisasi dan bermasyarakat.


B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah jiwa ketrampilan berorganisasi dan bermasyarakat telah ditumbuhkan pada santri kelas XII tingkat SLTA Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang?

C.TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui apakah jiwa ketrampilan berorganisasi dan bermasyarakat telah ditumbuhkan di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
D.KEGUNAAN PENELITIAN
1.Untuk tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian
2.Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang penalaran ilmiah dan tulis menulis.
3.Untuk menjadikan bahan informasi bagi para pembaca atau bagi yang memerlukan.

E.KAJIAN PUSTAKA

1.Pengertian Pondok Pesantren, Organisasi, dan Masyarakat.

Kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya. Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) : “kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.” Secara sederhana pesantren dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam. Dalam pondok pesantren terdapat beberapa komponen, diantaranya : Kyai, sebagai pimpinan pondok pesantren, santri yang bermukim di pondok dan belajar pada kyai, Asrama, sebagai tempat tinggal para santri, serta pengajian sebagai bentuk pengajaran kyai terhadap santri, masjid sebagai pusat kompleksitas kegiatan pondok pesantren.
Sedangkan pengertian organisasi dari sebagian para ahli berpendapat , jika ditinjau dari segi etimologis (Bahasa) adalah berasal dari kata “organ” yang berarti susunan badan manusia yang terdiri dari berbagai bagian menuju satu tujuan. Jika ditinjau dari terminology (Istilah) sebagaimana yang dikemukakan oleh James D Mooney : “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama”. Maksudnya Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab. Telah dijelaskan oleh Schein bahwa: “Karakterisitik organisasi meliputi : memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya”. Dalam hal ini istilah berorganisasi, merupakan proses kerja sama antar dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama .
Selanjutnya Istilah Masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti kawan. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt : “Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.” Kesimpulannya, manusia yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan serta ingin memberi reaksi dan melakukan interaksi terhadap lingkungannya dengan menggunakan Pola interaksi sosial yang dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan antara manusia satu dengan manusia lainnya inilah yang dimaksud dengan bermasyarakat.

2.Korelasi Pondok Pesantren, Organisasi, dan Masyarakat.

Secara subtansional, pesantren merupakan institusi keagamaan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari masyarakat. Pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Santri yang berada di pesantren adalah dari masyarakat yang nanti pada akhirnya keluar untuk masyarakat pula. Santri yang berada di pesantren di gembleng berbagai macam ilmu, khususnya ilmu agama, ini sebagai bekal nanti ketika mereka telah keluar dari pesantren. Agar mereka mampu mengabdikan dirinya mengembangkan dakwah islam kepada masyarakat dan menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang berkeadaban, mandiri dan sejahtera yang sesuai dengan nilai dan ajaran islam.
Dakwah Islam bisa dilakukan dalam bentuk formal maupun non formal. Bentuk formal inilah yang mengaitkan antara pesantren, masyarakat, dan organisasi. Misalnya dakwah Islam dalam bentuk organisasi NU secara umum dan khususnya pada Jamiiyyah tahlil, manaqib, dsb. Dalam organisasi tersebut sudah pasti terdapat berbagai macam komponen yang menjadi satu dalam satu kesatuan. Dalam organisasi inilah santri bisa mempraktekan ilmu yang mereka peroleh di pondok untuk berdakwah kepada sesamanya juga kepada masyarakat sekitar. Bentuk organisasi tidak hanya ber lebel islam saja, misalkan pada suatu perusahaan ataupun hal kecil misalnya karang taruna. Dalam hal ini santri lebih dituntut berdakwah ekstra dibanding dalam lebel Islam, karena keheterogenan kepercayaan yang mungkin menjadi prioritas utama dalam dakwah ekstra tersebut.

3.Pesantren sebagai basis pengembangan SDM dalam Menghadapi Era Globalisasi.

Keberadaan pondok pesantren di Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari sistem pendidikan nasional. Selama ini pengembangan pendidikan pesantren sering kali luput dari perhatian pemerintah. Padahal, pesantren telah banyak melahirkan para ulama serta tokoh-tokoh yang membantu tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Di tengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren ‘dipaksa’ memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya, terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luar negeri yang menambah semakin ketatnya persaingan mutu lulusan (out-put) pendidikan. Kompetisi yang semakin ketat itu, mendorong institusi pesantren untuk mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan tetap menjadi pilihan masyarakat, terutama umat Islam. Ini mengindikasikan, bahwa pesantren perlu banyak melakukan pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu pendidikannya.
Dewasa ini pesantren berhadapan dengan arus globalisasi dan modernisasi yang ditandai dengan cepatnya laju informasi dan teknologi. Akibatnya, pesantren harus “mau” melakukan perubahan format, bentuk, orientasi dan metode pendidikan dengan catatan tidak sampai merubah visi, misi dan orientasi pesantren. Artinya, perubahan tersebut hanya pada sisi luarnya saja, sementara pada sisi dalam (ruh, semangat, pemahaman keagamaan, nilai-nilai, tradisi dan ideologi pesantren) masih tetap dipertahankan.
Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, kekuatan otak (berpikir), hati (keimanan), dan tangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu mengikuti perkembangan zaman. Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat pendidikan unggulan. Pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa, jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga dibekali dengan berbagai disiplin ilmu.
Untuk mencapai tujuan di atas, para santri harus dibekali nilai-nilai keislaman yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu modern. Pembekalan ilmu-ilmu modern dapat ditempuh dengan mempelajari tradisi ilmu pengetahuan agama dan penggalian dari teknologi ketrampilan umum dengan menjadikan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai sumber inspirasi dan rujukan awal.

4.Profil dan Peranan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang dalam Menumbuhkan Jiwa Ketrampilan Berorganisasi dan Bermasyarakat.

a.Profil Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.

Pondok Pesantren putri al lathifiyyah I bahrul ‘ulum tambakberas jombang merupakan pondok pesantren putri yang pertama kali berdiri dilingkungan PPBU. Keberadaannya terjadi pada awal abad ke-20. hal ini terjadi pada masa Nyai Lathifah aktif membantu kyai Hasbullah dalam menangani Pondok Pesantren Tambakberas. Nyai Lathifah pada waktu itu hanya mengajar kurang lebih 15 orang dari masyarakat sekitar Tambakberas. Setelah Kyai Hasbullah wafat tongkat kepemimpinan pondok pesantren tambakberas dilanjutkan oleh putranya, yaitu KH. Wahab Hasbullah.
Sekitar tahun 1942 Nyai Lathifah wafat, kemudian kiprahnya digantikan oleh menantu beliau, yakni istri Kyai Wahab Nyai Rohmah. Beliau membangun beberapa kamar yang pada akhirnya dinamakan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah dengan dicetuskannya pesantren tambakberas menjadi Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum Tambakberas oleh Kyai Wahab. Lokasi pondok ini bertempat disebelah utara ndalem kasepuhan. Setelah meninggalnya Nyai Wahab, kepengasuhan Al Lathifiyyah dipegang oleh putra-putri juga menantunya. Pengasuh utamanya adalah Nyai Hj Machfudloh Aly Ubaid.
Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang dibangun dalam 2 halaman. Pada halaman utama pondok terdapat mushola, koperasi, ruang guru, pos kesehatan, aula, kantor pondok, kamar mandi tamu, dan terdapat 4 ribath, Al Hidayah 5 kamar, Al Wahabiyyah, Ar Rohmah dan Al Hikmah masing-masing 4 kamar. Pada halaman belakang, terdapat perpustakaan, ruang komputer, ruang ketrampilan, ruang makan yang juga ruang TV, dapur pondok, kantin, wartel, jemuran, lapangan olahraga, dan 5 ribath, yaitu : Al Layyinah 4 kamar lengkap dengan 3 kamar mandi, As Sa’diyyah 4 kamar, Al Istiqlal dan Al Khoiriyyah masing-masing 7 kamar. Terdapat pula kamar mandi umum yang jumlahnya 24 dan 7 WC.

b.Peranan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang dalam Menumbuhkan Jiwa Ketrampilan Berorganisasi dan Bermasyarakat

Disamping adanya pendidikan Madrasah Diniyah (MADIN) di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang yang baru berdiri pada tahun 2005, karena dulunya program pendidikannya adalah klasikal. Terdapat juga pengajian kitab kuning dengan sistem sorogan dan wethon, Madrasah Al qur’an, pendidikan ASWAJA, kursus 2 bahasa (arab dan inggris) dan juga kaligrafi. Untuk menghasilkan lulusan yang nantinya bisa berkompeten dalam masyarakat Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang juga terdapat beberapa program kegiatan yang menunjang, seperti Jamiyyatul quro’, pengaderan banjari, pengaderan qosidah, Bina Kader Da’iyyah (BKD), Pesantren Kilat, Penataran TPQ, Gema Musabaqoh Al qur’an (GMQ), bahtsul kutub, organisasi Daerah (ORDA), senam, lomba-lomba, penyuluhan kesehatan dan pelatihan-pelatihan, seperti : kepemimpinan, Jurnalistik, Dekorasi, Master of Ceremony (MC), Moderator, persidangan. Kegiatan pondok inilah diatur sepenuhnya oleh pengurus, yang mendapat pengawasan, pengarahan juga bimbingan dari pengasuh dan pembimbing. Dalam susunan personalia organisasi Pondok Pesantren putri al lathifiyyah I bahrul ‘ulum mempunyai 4 sesepuh, 7 pengasuh, 6 pembimbing dan 72 pengurus. Kesemuanya punya peranan sangat penting dalam tatanan pondok.

F.Metode Penelitian

1.Rancangan Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis akan memberikan gambaran mengenai rancangan penelitian. Rancangan penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini berupa penelitian korelasional analisis.
Adapun lokasi penelitian yaitu di lembaga pendidikan Islam, tepatnya di Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Tambakberas Jombang, Adapun rencana proses penelitian yang akan penulis ambil adalah :
a.Mengadakan pertemuan dengan Pengasuh, pembimbing dan pengurus P.P.P Al Lathifiyyah 1, yang akan dilanjutkan wawancara dengan mereka.
b.Memberikan soal-soal tes kepada para santri kelas akhir.
Suatu penelitian agar dapat di operasionalkan dan dapat diteliti secara empiris, perlu adanya variabel. Variabel adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi atau segala sesuatu yang dijadikan objek penelitian.
Adapun penelitian ini, variabelnya sebagai berikut:
­Variabel Bebas (X) adalah: Peranan Pondok Pesantren
­Variabel Terikat (Y) adalah: Generasi Muslim yang terampil berorganisasi dan bermasyarakat.

Keterangan :
X : Bagaimana intensitas program kerja P.P.P Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
Y : Bagaimana Kesiapan santri untuk beroganisasi dan bermasyarakat.
r : Adakah pengaruh intensitas program kerja dan kesiapan santri untuk berorganisasi dan bermasyarakat.

2.Populasi dan Sampel

Pengertian populasi yaitu sejumlah subjek yang akan diteliti sedangkan sample adalah sebagian dari populasi yang dimiliki sifat yang sama dengan populasi. Populasi dalam penelitian ini seluruh santri kelas akhir tingkat SLTA P.P.P Al Lathifiyyah 1 Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang.
Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sample adalah Quota Random Sampling artinya pengambilan sample dilakukan dengan cara acak. Dengan teknik ini setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sample.
Dan kemudian dilanjutkan dengan Langkah mengelompokan sample menjadi kelompok santri yang memiliki kesiapan tinggi, sedang dan rendah.

G.DAFTAR PUSTAKA

-A’la Abd, Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006
-Bawani Imam, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam (Study Tentang Daya Tahan Pesantren Tradisional), Surabaya : Al Ikhlas, 1993.
-Nurcholis Madjid, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Jakarta : Paramadina, 1997
- _________, Album Kenangan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum (Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum ), Jombang, 2009.
-_________, Project Proposal Peringatan Rojabiyyah 1430 H Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah I Bahrul ‘Ulum, Jombang, 2009.
-Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996.
-http://hmti.wordpress.com/2008/02/22/definisi-dan-pengertian-organisasi.
-http://darulhikmah.blogspot.com/2008/05/pengertian-dan-tipe-pesantren.html
-http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1931282-pengertian-organisasi/
-http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia
-http://khofif.wordpress.com/2009/01/21/definisi-organisasi.
-http://mybloglenterahati.blogspot.com/2009/03/pesantren-dalam-tantangan-global.html

PERANAN PESANTREN DALAM BER-ORGANISASI DAN BER-MASYARAKAT UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

1. Pengertian Pondok Pesantren, Organisasi, dan Masyarakat

Keberadaan pondok pesantren merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari bangsa Indonesia, terutama dalam hal pendidikan dan organisasi. Perlu di kaji ulang pemahaman kita tentang pondok pesantren serta fungsi dan peranannya.
Pondok Pesantren, Kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan Pesantren, menurut Manfred dalam Ziemek (1986) : “kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.” Secara sederhana pesantren dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam. Di dalam pondok pesantren terdapat beberapa komponen, diantaranya : Kyai, sebagai pimpinan pondok pesantren, santri yang bermukim di pondok dan belajar pada kyai, Asrama, sebagai tempat tinggal para santri, serta pengajian sebagai bentuk pengajaran kyai terhadap santri, masjid sebagai pusat kompleksitas kegiatan pondok pesantren.
Sedangkan pengertian organisasi dari sebagian para ahli berpendapat , jika ditinjau dari segi etimologis (Bahasa) adalah berasal dari kata “organ” yang berarti susunan badan manusia yang terdiri dari berbagai bagian menuju satu tujuan. Jika ditinjau dari terminology (Istilah) sebagaimana yang dikemukakan oleh James D Mooney : “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama”. Maksudnya Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggungjawab. Telah dijelaskan oleh Schein bahwa: “Karakterisitik organisasi meliputi : memiliki struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian yang lain untuk mengkoordinasikan aktivitas di dalamnya”. Dalam hal ini istilah berorganisasi, merupakan proses kerja sama antar dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama .
Selanjutnya Istilah Masyarakat berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti kawan. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt : “Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.” Kesimpulannya, manusia yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan serta ingin memberi reaksi dan melakukan interaksi terhadap lingkungannya dengan menggunakan Pola interaksi sosial yang dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan antara manusia satu dengan manusia lainnya inilah yang dimaksud dengan bermasyarakat.

2. Korelasi Pondok Pesantren, Organisasi, dan Masyarakat

Secara subtansional, pesantren merupakan institusi keagamaan yang tidak mungkin bisa dilepaskan dari masyarakat. Pesantren tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Santri yang berada di pesantren adalah dari masyarakat yang nanti pada akhirnya keluar untuk masyarakat pula. Santri yang berada di pesantren di gembleng berbagai macam ilmu, khususnya ilmu agama, ini sebagai bekal nanti ketika mereka telah keluar dari pesantren. Agar mereka mampu mengabdikan dirinya mengembangkan dakwah islam kepada masyarakat dan menjadi masyarakat yang berkeadaban, mandiri dan sejahtera yang sesuai dengan nilai dan ajaran islam.
Dakwah Islam bisa dilakukan dalam bentuk formal maupun non formal. Bentuk formal inilah yang mengaitkan antara pesantren, masyarakat, dan organisasi. Misalnya dakwah Islam dalam bentuk organisasi NU, secara umum dan khususnya pada Jamiiyyah tahlil, manaqib, dsb. Dalam organisasi tersebut sudah pasti terdapat berbagai macam komponen yang menjadi satu dalam satu kesatuan. Dalam organisasi inilah santri bisa mempraktekan ilmu yang mereka peroleh di pondok untuk berdakwah kepada sesamanya juga kepada masyarakat sekitar. Bentuk organisasi tidak hanya ber lebel islam saja, misalkan pada suatu instansi, perusahaan ataupun organisasi kecil misalnya, karang taruna. Dalam hal ini santri dituntut berdakwah lebih ekstra dibanding berdakwah pada organisasi yang ber-lebel Islam, hal ini dikarenakan keheterogenan kepercayaan dan keyakinan serta tradisi pada masyarakat tersebut.

3. Pesantren Sebagai Basis Pengembangan SDM dalam Menghadapi Tantangan Zaman.

Telah dipaparkan pada awal pembahasan tadi, bahwa keberadaan pondok pesantren di Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari sistem pendidikan nasional. Selama ini pengembangan pendidikan pesantren sering kali luput dari perhatian pemerintah. Padahal, pesantren telah banyak melahirkan para ulama serta tokoh-tokoh yang membantu tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Di tengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren ‘dipaksa’ memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya, terlebih dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luar negeri yang menambah semakin ketatnya persaingan mutu lulusan (out-put) pendidikan. Kompetisi yang semakin ketat itu, mendorong institusi pesantren untuk mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan tetap menjadi pilihan masyarakat, terutama umat Islam. Ini mengindikasikan, bahwa pesantren perlu banyak melakukan pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu pendidikannya.
Dewasa ini pesantren berhadapan dengan arus globalisasi dan modernisasi yang ditandai dengan cepatnya laju informasi dan teknologi. Akibatnya, pesantren harus “mau” melakukan perubahan format, bentuk, orientasi dan metode pendidikan dengan catatan tidak sampai merubah visi, misi dan orientasi pesantren. Artinya, perubahan tersebut hanya pada sisi luarnya saja, sementara pada sisi dalam (ruh, semangat, pemahaman keagamaan, nilai-nilai, tradisi dan ideologi pesantren) masih tetap dipertahankan.
Eksistensi pondok pesantren dalam menyikapi perkembangan zaman, tentunya memiliki komitmen untuk tetap menyuguhkan pola pendidikan yang mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, kekuatan otak (berpikir), hati (keimanan), dan tangan (keterampilan), merupakan modal utama untuk membentuk pribadi santri yang mampu mengikuti perkembangan zaman. Dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di lingkungan masyarakat, maka pesantren harus berani tampil dan mengembangkan dirinya sebagai pusat pendidikan unggulan. Pesantren tidak hanya mendidik santri agar memiliki ketangguhan jiwa, jalan hidup yang lurus, budi pekerti yang mulia, tetapi juga dibekali dengan berbagai disiplin ilmu.
Untuk mencapai tujuan di atas, para santri harus dibekali ilmu yang mempunyai nilai-nilai keislaman yang terintegrasi dengan ilmu-ilmu modern. Pembekalan ilmu-ilmu modern dapat ditempuh dengan mempelajari tradisi ilmu pengetahuan agama dan penggalian dari teknologi ketrampilan umum dengan tetap menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber inspirasi dan rujukan awal. Misalnya, disamping adanya pendidikan Madrasah Diniyah (MADIN) di Pondok Pesantren, yang notabene lebih mengedepankan ilmu keislaman yakni, pengajian kitab kuning dan pengajian Al qur’an. Pesantren harus ada program lain yang bersifat modern atau umum untuk menunjang kemampuan para santri. Seperti, kursus 2 bahasa (arab dan inggris) untuk kesiapan santri menghadapi pasar bebas, Jamiyyatul quro’untuk pengaderan shalawat qosidah dan rebana, Bina Kader Da’iyyah (BKD) untuk menghasilkan para da’i, olahraga untuk kesehatan jasmani, serta lomba-lomba untuk mengukur kemampuan para santri, penyuluhan kesehatan serta pelatihan-pelatihan, seperti : kepemimpinan (keorganisasian), Jurnalistik, Dekorasi, Master of Ceremony (MC), Moderator, komputer dan persidangan. Dengan catatan pengadaan semua program tersebut tidak ada penyimpangan dari sendi-sendi Islam.

Sumber Rujukan

A’la Abd, Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006
Bawani Imam, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam (Study Tentang Daya Tahan Pesantren Tradisional), Surabaya : Al Ikhlas, 1993.
Nurcholis Madjid, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia, Jakarta : Paramadina, 1997.



*dibuat untuk Laput buletin KRESAN*

Baron BEACH Vs Bukit Bintang..

malam akhir pekan..
menyusur jalan menuju baron beach..
busyet dah! butuh waktu hampir 2 jam buat nyampek pantai itu, terletak di wonosari ci..
sebel sebenernya, niatnya emang hunting foto diterumbu karang dan kejernihan air disana. gara-gara temen pada enten-entenan dadi telat deh...
untungnya terbayar dengan keindahan sunsetnya..

jalan yang berliku dan dingin yang menusuk tak mematahkan semangat kami tuk melaju kembali.. (masak mau nginep disana, budget aja pas-pasan.. hahaha),

at Bukit Bintang 21.30-23.30..
subhanallah.. untuk kedua kalinya keindahan itu terbentang didepan mata..
sampek speachless hehehe..
menikmati keindahan bukit bintang dengan menyantap menu penyet telur dan segelas es jeruk.. biarpin dingin tetep minumnya es.. ^^

kebersamaan ini tak kan terbayar dengan apapun..
senyum, tawa, dan keceriaan...
I'll save it forever.. hehehe












Muter-muter malioboro bareng temen-temen...
panasnya kota jogja tak menyurutkan tekad kami untuk tetap menmyusuri jalanana
MALIOBORO.. hehehe..
lha mau gimana lagi, banyak pesanan yang datang melanda..
dari yang pesan baju sarimbit, kaos dagadu, celana batik, pokoknya serba batik.. untungnya nggak pesan tugu jogja, bisa berabe dah.. hahaha..

tujuan utama kami masuk ke MIROTA batik, dan dilanjutkan ke pasar BERINGHARJO..
alhamdulillah.. walau lelah melanda.. dan dahaga mendera..
akhirnya semua pesanan didapat..









usai belanja.. nyantai-nyantai dan foto-foto dululah.. dokumentasi untuk anak cucu.. ^^
Hari berikutnya di jogja..
muter-muter kampus UIN Sunan Kalijaga.. gara-gara nungguin seseorang.
hwehwe.. daripada bete nungguin lama, mending muter-muter sambil jeprat-jepret dah.. hohoho...

sok ngartis.com





Menahan ego yang tak kunjung mereda.
Dan untuk kesekian kalinya hati ini tersakiti. Sampai kapan akan seperti ini?
Haruskah menunggu pagi hilang?
Haruskah menunggu matahari tak tenggelam?
Atau?
Haruskah menunggu bumi berhenti?
Jawaban itu tak kudapatkan sampai saat ini.
Telak!!
Mutlak!!
Terkungkung dengan rasa dan asa-ku…
Jika Engkau berkehendak!
Kenapa tak Kau berikan??
Jika Engkau berkuasa!
Kenapa tak Kau segerakan??
Sampai kapan Rabb???

Jogjakarta on Juni & Juli




Tanggal 28 Juni 2011, liburan semester kembali kejogja.
rencana berangkat tanggal 30, tapi karna dapat tawaran dari teman-teman untuk berangkat bareng, udah, ngikut aja, naek kereta rame lebih seru..
lebih seru lagi sebelum naek keretanya.. aku harus berlari ngos-ngosan ke stasiun, gara-gara sopir angkot yang lelet banget. alhamdulillah tanpa berniat nyelonong, karna merasa kereta dah hampir jalan, aku bilang ama petugas, kalau aku bayar didalam aja. tepat kakiku naek pintu masuk, kereta jalan. huft... bener-bener perjuangan..

tapi semua itu benar-benar da balasannya.. hahaha.. masak nyampek jogja nggak da pemeriksaan karcis.. padahal sebenernya aku mau bayar. jadi ne bukan salahku dunk... ;p salah petugasnya.. nggak da kontrol nggak da pemeriksaan.. mau bayar dimana juga nggak tahu.. rejeki..

bareng temen-temen seru dan rame di gerbong KA. Sri Tanjung yang mengantarkanku ke Lempuyangan (tempat barsejarah versiku.. hohohoho..)

Temu Kangen GRACIAS at HAFLAH BU

Pertemuan ini direncanakan oleh kita semua. sahabat gracias. namun keadan tak sesuai rencana.
tanggal 25 Juni 2011, acara Al Haflatul Kubro, sebelumnya seperti tahun-tahun sebelumnya, bazar dan expo, dimulai tanggal 22-25.
moment inilah biasanya dijadikan sebagai moment temu kangen dan reuni oleh para alumni tanpa terkecuali. menyenangkan penuh keakraban dan kekeluargaan, walaupun yang hadir selalu itu-itu saja tapi tak membuat kita merasa sepi. kita tahu kesibukan satu sama lain. karna kita juga bukan anak ABG lagi yang bisa dengan leluasa kumpul-kumpul. banyak dari teman-teman yang sudah menikah, bekerj, ataupun karna kesibukan lain yang tak bisa ditinggal.
walhasil cukup tak ada 25 orang tapi membuat pertemuan itu berkesan..
dan semoga tahun depan pun tahun-tahun berikutnya masih tetap bisa seperti sekarang. Amin..






Surabaya at the Moment

Kumpul bersama sahabt GRACIAS yang ada di surabaya, hmm..
mengasyikkan karna tak ada rencana yang terbebankan. semua terjadi begitu saja.
dari aku yang tanpa sengaja hanya sekedar lewat surabaya. dengan sangat kebetulan nashir sms aku. ada undangan dari zia. tanpa pikir panjang, udah! ku ambil undangannya hari itu juga.
Eh!diajak ketemu ma dilla dan dan. walhasil...
klinong-klinong keliling surabaya ampek malam dah...






Makasih kawan.. mewarnai hidup yang mungkin terasa semakin meredup.. ^^

My Lilttle brother..


Wajahmu selalu buatku rindu.. ^^






Muhammad Ikhwan Anshori..
Bapak memberikan nama itu 3 tahun lalu, tepatnya tanggal 21 Januari 2008.
kehadiranmu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kami.
Hemmm.. masih teringat jelas perjuangan ibu saat melahirkanmu, dan disaat itulah aku benar-benar bisa merasakan betapa ibu sangatlah mulia, mempertaruhkan nyawa untuk kita.
aku mencintaimu, melebihi cintaku pada ma'ruf.. hehehe.. dulu ma'ruf bukan aku yang menginginkan, tapi bapak.
kalau kamu, akulah yang meminta sendiri kepada Ibu dan Bapak. alasanku, aku merasa kurang kalau hanya 2 bersaudara, nggak seru dan nggak rame.. ^^

we love you honey...